Minggu, 30 Oktober 2011

ketika penyesalan tiba..

AKU TERPAKSA MENIKAHINYA…..

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.
***
apalah kita hanya seonggok daging tak bernyawa, keegoisan dan kesemuaan yang kerap kita nampakkan…aku tak ubahnya kamu dan kamu tak ubahnya aku…ya, kita sama-sama jasad yang kelak hanya menjadi bangkai….

Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK

Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak. Pamor kesultanan ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri atas sembila orang ulama besar, pendakwah islam paling awal di pulau jawa.
Atas bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut islam seperti Jepara, Tuban dan Gresik, Raden patah sebagai adipati Islam di Demak memutuskan ikatan dengan Majapahit saat itu, Majapahit memang tengah berada dalam kondisi yang sangat lemah. Dengan proklamasi itu, Radeh Patah menyatakan kemandirian Demak dan mengambil gelar Sultan Syah Alam Akbar.
Pada awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China mengirimkan seorang putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Putri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapat tempat istimewa di hati raja. Raja brawijaya sangat tunduk kepada semua kemauan sang putri jelita, hingga membawa banyak pertentangan dalam istana majapahit. Pasalnya sang putri telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah memiliki permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama kamboja), masih kerabat Raja Champa.
Sang permaisuri memiliki ketidak cocokan dengan putri pemberian Kaisar yan Lu. Akhirnya dengan berat hati raja menyingkirkan putri cantik ini dari istana. Dalam keadaan mengandung, sang putri dihibahkan kepada adipati Pelembang, Arya Damar. Nah di sanalah Raden Patah dilahirkan dari rahim sang putri cina.
Nama kecil raden patah adalah pangeran Jimbun. Pada masa mudanya raden patah memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik. 20 tahun lamanya ia hidup di istana Adipati Palembang. Sesudah dewasa ia kembali ke majapahit.
Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah. Saat memasuki usia belasan tahun, raden patah bersama adiknya berlayar ke Jawa untuk belajar di Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun 1419 M.
Patah sempat tinggal beberapa lama di ampel Denta, bersama para saudagar muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina, yaitu laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo Tai-jin, seorang panglima muslim.
Raden patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda lainnya, seperti raden Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, raden patah dipercaya menjadi ulama  dan membuat permukiman di Bintara. Ia diiringi oleh Sultan Palembang, Arya Dilah 200 tentaranya. Raden patah memusatkan kegiatannya di Bintara, karena daerah tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam di Jawa.
Di Bintara, Patah juga mendirikan pondok pesantren. Penyiaran agama dilaksanakan sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Perlahan-lahan, daerah tersebut menjadi pusat keramaian dan perniagaan. Raden patah memerintah Demak hingga tahun 1518, dan Demak  menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa sejak pemerintahannya.
Secara beruturut-turut, hanya tiga sultan Demak yang namanya cukup terkenal, Yakni Raden Patah sebagai raja pertama, Adipati Muhammad Yunus atau Pati Unus sebagai raja kedua, dan Sultan Trenggana, saudara Pati Unus, sebagai raja ketiga (1524 – 1546).
Dalam masa pemerintahan Raden Patah, Demak berhasil dalam berbagai bidang, diantaranya adalah perluasan dan pertahanan kerajaan, pengembangan islam dan pengamalannya, serta penerapan musyawarah dan kerja sama antara ulama dan umara (penguasa).
Keberhasilan Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat ketika ia melanklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahkta Majapahit (1478), hingga dapat menggambil alih kekuasaan majapahit. Selain itu, Patah juga mengadakan perlawan terhada portugis, yang telah menduduki malaka dan ingin mengganggu demak. Ia mengutus pasukan di bawah pimpinan putranya, Pati Unus atau Adipati Yunus atau Pangeran Sabrang Lor (1511), meski akhirnya gagal. Perjuangan Raden Patah kemudian dilanjutkan oleh Pati Unus yang menggantikan ayahnya pada tahun 1518.
Dalam bidang dakwah islam dan pengembangannya, Raden patah mencoba menerapkan hukum islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia juga membangun istana dan mendirikan masjid (1479) yang sampai sekarang terkenal dengan masjid Agung Demak. Pendirian masjid itu dibantu sepenuhnya oleh walisanga.
Di antara ketiga raja demak Bintara, Sultan Trenggana lah yang berhasil menghantarkan Kusultanan Demak ke masa jayanya. Pada masa trenggan, daerah kekuasaan demak bintara meliputi seluruh jawa serta sebagian besar pulau-pulau lainnya. Aksi-aksi militer yang dilakukan oleh Trenggana berhasil memperkuat dan memperluas kekuasaan demak. Di tahun 1527, tentara demak menguasai tuban, setahun kemudian menduduki Wonosari (purwodadi, jateng), dan tahun 1529 menguasai Gagelang (madiun sekarang). Daerah taklukan selanjutnya adalah medangkungan (Blora, 1530), Surabaya (1531), Lamongan (1542), wilayah Gunung Penanggungan (1545), serta blambangan, kerajaan hindu terakhir di ujung timur pulau jawa (1546).
Di sebelah barat pulau jawa, kekuatan militer Demak juga merajalela. Pada tahun 1527, Demak merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran (kerajaan Hindu di Jawa Barat), serta menghalau tentara tentara portugis yang akan mendarat di sana. Kemudian, bekerja sama dengan saudagar islam di Banten, Demak bahkan berhasil meruntuhkan Pajajaran. Dengan jatuhnya Pajajaran, demak dapat mengendalikan  Selat Sunda. Melangkah lebih jauh, lampung sebagai sumber lada di seberang selat tersebut juga dikuasai dan diislamkan. Perlu diketahui, panglima perang andalan Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (sumatera), yang juga menjadi menantu Sultan Trenggana.
Di timur laut, pengaruh demak juga sampai ke Kesultanan banjar di kalimantan. Calon pengganti Raja Banjar pernah meminta agar sultan Demak mengirimkan tentara, guna menengahi masalah pergantian raja banjar. Calon pewaris mahkota yang didukung  oleh rakyat jawa pun masuk islam, dan oleh seorang ulama dari Arab, sang pewaris tahta diberi nama Islam. Selama masa kesultanan Demk, setiap tahun raja Banjar mengirimkan upeti kepada Sultan Demak. Tradisi ini berhenti ketika kekuasaan beralih kepada Raja Pajang.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit.
Trenggana sangat gigih memerangi portugis. Seiring perlawanan Demak terhadap bangsa portugis yang dianggap kafir. Demak sebagai kerajaan islam terkuat pada masanya meneguhkan diri sebagai pusat penyebaran Islam pada abad ke 16.
Sultan Trenggan meninggal pada tahn 1546, dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuran. Ia kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. Setelah sultan trenggana mengantar Demak ke masa jaya, keturunan sultan tersebut silih berganti berkuasa hingga munculnya kesultanan pajang.
Masjid agung Demak sebagai lambang kekuasaan bercorak Islam adalah sisi tak terpisahkan dari kesultanan Demak Bintara. Kegiatan walisanga yang berpusat di Masjid itu. Di sanalah tempat kesembilan wali bertukar pikiran tentang soal-soal keagamaan.
Masjid demak didirikan oleh Walisanga secara bersama-sama. Babad demak menunjukkan bahwa masjid ini didirikan pada tahun Saka 1399 (1477) yang ditandai oleh candrasengkala Lawang Trus Gunaning Janma, sedangkan pada gambar bulus yang berada di mihrab masjid ini terdapat lambang tahun Saka 1401 yang menunjukkan bahwa masjid ini berdiri pada tahun 1479.
Pada awalnya, majid agung Demak menjadi pusat kegiatan kerajaan islam pertama di jawa. Bagunan ini juga dijadikan markas para wali untuk mengadakan Sekaten. Pada upacara sekaten, dibunyikanlah gamelan dan rebana di depan serambi masjid, sehingga masyarakat berduyun-duyun mengerumuni dan memenuhi depan gapura. Lalu para wali mengadakan semacam pengajian akbar, hingga rakyat pun secara sukarela dituntun mengucapkan dua kalimat syahadat.
Cepatnya kota demak berkembang menjadi pusat perniagaan dan lalu lintas serta pusat kegiatan pengislaman tidak lepas dari andil masjid Agung Demak. Dari sinilah para wali dan raja dari Kesultanan Demak mengadakan perluasan kekuasaan yang dibarengi oleh kegiatan dakwah islam ke seluruh Jawa.

Rabu, 26 Oktober 2011

Six Signs of Stardom



Kita akan menjadi cemerlang, apapun profesi yang kita miliki………………
Meskipun seseorang berkualitas, dia dapat menghalangi pertumbuhannya dengan cara bereaksi salah terhadap apa yang terjadi dalam hidupnya....     
Masalah membuat seseorang Kuat ......reaksi yang baik sangat diperlukan untuk merubah diri kita...

Semua orang memiliki tanda kebintangan...Kita bisa tarik kesamaan dalam istilah kuat, sebagai lawan dari lemah
tidak ada orang yang lemah.....
Misalnya seorang yang berumur 30 tahun bisa menngangkat beban 5 kg, jangan bilang dia lemah tapi dia kuat mengangkat sampai  5 kg, kita harus menghargai potensi yang dimiliki seseorang

  1. Visi – Kunci keberhasilan bisnis salah satunya yaitu kemampuan melihat      sesuatu sebelum hal tersebut menjadi jelas bagi semua orang-melihat kesuksesan sebagai tujuan.
Mulailah memimpikan yang sesuatu yang besar tapi fokusnya kepada    diri sendiri, pada kekuatan2 kita dan kegunaan bagi orang lain
    
  1. Ambisi – bila ada orang yang tidak setuju dengan ide kita belum berarti       ide kita salah. Bertemanlah dengan orang2 yang berambisi tinggi. Tuluslah dalam mengakui kemampuan orang karena ambisinya, kerja kerasnya.

  1. Keuletan – Ibu dari sebuah keberhasilan, tidak ada kerja yang berhasil                       tanpa keuletan. Semua kekuatan di alam ini berasal dari pengulangan

  1. Belajar – Meningkatkan ketrampilan dan mempercepat pengambilan keputusan.Untuk berhasil dalam melaksanakan tugas kita butuh orang yang lebih kompeten dibanding kita. Memelihara semangat untuk tetap belajar. Penggunaan ilmu lebih berharga dibanding hanya memiliki ilmu yang banyak tapi tidak diterapkan

  1. Keefektifan Pribadi (berdampak) – Kepandaian untuk diterima, disukai dan dipercayai oleh orang lain adalah pemungkin untuk mencapai keberhasilan.

  1. Kesetiaan pada yang benar -  tahan ujian untuk tetap menjadi orang yang benar untuk mendukung diri kita menjadi orang yang berkualitas.

Urang Sunda Jadi Presiden

Belakangan ini muncul berbagai upaya meningkatkan peran urang Sunda di pentas politik nasional. Lingkung Seni Sunda Institut Teknologi Bandung, misalnya, Juni lalu di Aula Timur ITB, menggelar acara bincang-bincang dengan tema "Getih Sunda Solusi Konspirasi Zaman". Gagasan besarnya, bagaimana urang Sunda mampu memberikan kontribusi positif lebih banyak bagi kehidupan berbangsa dan bernegara yang sedang rudet ini.
Muara semua itu adalah kerinduan melihat urang Sunda menjadi presiden. Level tertinggi yang pernah dicapai adalah perdana menteri (Ir H Djuanda) dan wakil presiden (Umar Wirahadikusumah).
Apakah urang Sunda bisa menjadi Presiden RI? Tentu bisa dan sangat mungkin. Sekarang saja yang menjadi presiden itu orang Cikeas. Yang sulit, urang Sunda menjadi Presiden Tanzania, Sudan, Finlandia, atau Amerika. Meskipun ada nama Nia di belakangnya, Tanzania tidak ada hubungan dengan Nia Daniaty, penyanyi cantik yang urang Sunda. Meski namanya hanya bertukar huruf dengan Sunda, Sudan bukan negara urang Sunda. Sementara syarat menjadi Presiden Amerika, antara lain, harus lahir di Amerika.
Menjadi Presiden Finlandia juga repot karena orang Sunda mah melafalkan huruf f, p, dan v cukup dengan pe. Huruf yang disukai orang Sunda adalah e karena mirip senyuman. Itulah sebabnya, alfabet Sunda punya , e, dan eu. Etnik lain belum tentu mudah mengucapkan Cicaheum atau Cibeureum dengan baik dan benar.
Kearifan lokal
Ketika debat menentukan kapan sebaiknya Indonesia merdeka, Hussein Djayadiningrat, intelektual Indonesia pertama yang meraih gelar doktor, mengusulkan mendidik bangsa dahulu, baru merdeka. Hussein yang kuliah di Universiteit Leiden tentu melihat Belanda sebagai acuan.
Sementara Bung Karno yang lama tinggal di Bandung, kuliah di THS (ITB), menikah dengan Ibu Inggit dan mendirikan Partai Nasional Indonesia, mengusulkan merdeka dahulu, baru membangun. Untuk meyakinkan hadirin anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, Bung Karno mengajukan argumen berupa adat urang Sunda masa itu. Katanya (kira-kira), "Lihat orang Sunda, mereka menikah dulu sebelum punya pekerjaan."
Ujang, Asep, dan Entis yang sudah masuk usia nikah, tetapi hidupnya masih teu pararuguh, oleh orangtua dijodokeun dan dikawinkeun. Mereka dikondisikan menjadi suami. Maka, muncullah tanggung jawab untuk mencari nafkah. Model ini sebangun dengan teori mestakung (semesta mendukung) ciptaan Prof Yohanes Surya, pelatih siswa fisika kelas dunia. Dalam setiap kondisi, dunia, alam sadar, alam bawah sadar, dan tubuh manusia mempunyai mekanisme untuk menciptakan atau membangun kondisi yang mendukung. Barangkali, karena itulah, orang Sunda gampang tersenyum dan tertawa, tetapi mudah pundung.
Urang Sunda jelas punya potensi untuk menjadi presiden. Yang penting adalah kemampuan memenuhi persyaratan. Persyaratan formal selain minimal berumur sekian, di antaranya harus sehat rohani dan jasmani serta orang Indonesia asli. Keaslian bisa dibuktikan secara genetik lewat tes DNA. Pastilah di DNA orang Indonesia asli tertera kode Indonesia, seperti kode IDR untuk rupiah, PK untuk pesawat terbang, KRI untuk kapal perang, 062 untuk telepon internasional, dan .id untuk situs internet.
Bahwa presiden harus ganteng atau cantik memang tidak ada dalam Undang-Undang Dasar, tetapi melihat tampang presiden yang sudah-sudah, ya syarat itu sepertinya fardu ain. Maklumlah, presiden kan juga pesohor. Tampangnya ada di televisi, koran, dinding kantor, sekolah, dan prangko. Namun, yang di prangko bernasib kurang mujur karena selalu dipukul palu cap pos. Untuk urusan kasep atau geulis ini, Sunda tidak kekurangan orang.
Mengenal watak, kondisi, dan budaya bangsa adalah keharusan mutlak calon presiden. Bila dulu bangsa kita terkenal sebagai pejuang, tabah, berani, pantang menyerah, dan berani hidup susah, sekarang bangsa kita cenderung mudah sedih alias melankolis melihat tayangan sinetron seraya mulai tidak peduli pada tetangga sengsara. Kondisi lain, mau gampangnya saja, sebagian menjadi penggemar bantuan langsung tunai dan beras untuk rakyat miskin, lalu setiap saat siap menjadi korban tabung elpiji 3 kilogram. Simpati kita biasanya tumpah pada tokoh protagonis yang lemah. Jadikan diri sebagai figur yang teraniaya lawan politik, simpati semua orang akan tertarik. "Uga" baru
Bung Karno adalah presiden pertama dan proklamator kemerdekaan. Dia pandai berpidato berapi-api dan menginspirasi banyak orang. Nyalinya luar biasa besar. Dia berani teriak, "Amerika kita setrika, Inggris kita linggis!" Malaysia dijadikan bulan-bulanan karena dianggap boneka imperialis Inggris. Bung Karno terkenal punya selera seni tinggi dan pernah punya lebih dari satu istri. Perkara nyandung ini mah orang Sunda tentu sudah khatam.
Barack Obama waktu tinggal di Jakarta katanya suka meniru gaya Pak Harto berpidato di televisi. Urang Sunda yang hobi memancing punya peluang besar menjadi presiden karena Pak Harto juga gemar memancing. Media luar menjuluki Pak Harto "The Smiling General". Soal yang ini mah, orang Sunda jagonya. Jangankan hanya tersenyum, tertawa ngakak ngabarakatak juga sangat mahir. Pada zamannya, tidak ada kabar kapal perang atau polisi laut Malaysia berani cari penyakit dengan ngulampreng ke perairan Indonesia.
Semua orang tahu, Pak Habibie cerdas luar biasa. Kalau saja ada 1.000 orang seperti BJ Habibie, Indonesia akan segera menguasai teknologi tinggi dan disegani. Namun, anggota Dewan waktu itu anak TK, jadi gagap teknologi. Gus Dur adalah kiai, tokoh besar Nahdlatul Ulama, figur bapak bangsa yang disegani. Dengan jurus "gitu aja kok repot", ia punya peluang membereskan kondisi negeri. Akan tetapi, pemikiran serius tapi santainya relatif sulit diikuti bangsanya yang terbiasa dengan cara rezim Orde Baru.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau Pak Beye berkarier di militer. Oleh Gus Dur dan lalu Bu Mega, dia diangkat menjadi menteri. Pengalaman di kabinet dan dicuekin menjadi modal untuk mendirikan Partai Demokrat dan melejit hingga terpilih menjadi presiden pertama lewat pemilu langsung. Pak Beye ini merupakan doktor dari Institut Pertanian Bogor, santun dan pintar mencipta lagu serta menyanyikannya. Selama menjadi presiden, sudah beberapa album dihasilkan. Orang Sunda yang penyanyi bisa usaha sambilan meniru Pak Beye ini.
Pertanyaan kritis mengapa urang Sunda belum ada yang menjadi presiden, kita tunggu sampai ada calon yang mau, dipinang partai peserta pemilu, dan terpilih. Sementara itu, pertanyaan kenapa urang Sunda harus menjadi presiden perlu diajukan. Kalau masih heurin ku letah, tentu sulit membuat kebijakan dan terobosan besar. Mekanisme kontrol kualitas khas Sunda, yaitu bisi ngerakeun, tentu akan menghambat munculnya urang Sunda maju menjadi calon presiden.
Yang penting sekarang, untuk menyemangati peningkatan kualitas manusia Sunda agar lebih mampu berperan di segala bidang, formula Jayabaya mengenai nama pemimpin nasional, yaitu Notonegoro, perlu didampingi uga baru, seperti Indonesia jaya mun presidena urang Sunda!  

JAMALUDIN WIARTAKUSUMAH Dosen Desain Itenas
Kompas edisi Sabtu, 18 September 2010 | 15:18 WIB

5 MESIN SEMANGAT



Kita mencapai kualitas hidup bergantung reaksi kita terhadap hal yang kita hadapi. Orang-orang yang berhasil di sekitar kita adalah orang yang bereaksi baik terhadap masalah yang dia hadapi. Masalah-masalah membuatnya melenting tinggi, bukannya hanya bisa mengeluh dan mengecil.
Orang-orang hebat tidak akan mengizinkan orang lain merendahkan dirinya. Karena dia tidak bergantung pada pendapat orang yang dapat melemahkan semangatnya. Semangat yang timbul dari pengertian, yang diwakilkan oleh 5 mesin semangat.

1.                       Rasa takut gagal

Orang yang tidak ingin berhasil tapi tidak takut gagal, ibarat kapal yang terapung di lautan, bergerak-gerak tapi tidak menuju kemana-mana, hanya gelisah di permukaan air yang tenang, orang seperti ini akan berprilaku seperti orang yang ingin berhasil. Karena tekniknya teknik Push-terdorong oleh rasa takut gagal sedangkan temannya yang tertarik untuk keberhasilan disebut Pull-tertarik untuk berhasil. Bila anda takut gagal, bayangkan tidak enaknya kegagalan, sangat takut kemiskinan, takut tidak bebas mengeluarkan pendapat, maka anda akan bekerja keras seperti orang yang menginginkan keberhasilan.

2.                       Penolakan menjadi orang biasa

Lakukan hal-hal yang biasa tapi baiknya tidak biasa bagi orang lain. Tolaklah menjadi orang  biasa, karena itu akan menghambat     kesuksesan anda.

3.         Keinginan mencapai kebebasan

Kita harus bebas untuk mencari kemandirian finansial. Dengan kemandirian finansial, kita bisa       membelikan sesuatu tanpa harus tunggu gajian, berlibur tanpa   harus cuti, bebas mengeluarkan pendapat. Jadilah orang yang bergaji   tinggi, berpangkat tinggi. Seberapa inginkah anda ingin mencapai kebebasan?Anda menentukan karir yang anda pilih.
Ada 4 kelas pengumpul uang :
·        Mengumpulkan uang di bawah keharusan-keharusannya
·        Mengumpulkan uang sesuai keharusan-keharusannya
·        Mengumpulkan uang di atas keharusan-keharusannya
·        Mengumpulkan uang sampai tidak punya keharusan




4                Keinginan untuk naik kelas

Ada banyak hal-hal yang baik yang memungkinkan membuat kita bernilai di tempat-tempat tinggi. JADILAH ORANG YANG BERNILAI, inilah cita-cita dan hadiah yang dapat kita raih untuk naik kelas.
Terdapat minimal tiga hal ini untuk kita miliki dan terus dilatih :
·        Tahu
·        Bisa
·        Mau

Jika kita bisa menyentuh dan memahami tiga hal ini kita akan memiliki semangat yang permanen.

5               Keinginan menjadi pribadi yang bernilai bagi orang lain

Dia yang mengarahkan hidupnya pada tujuan untuk bernilai bagi orang lain, akan selalu menemukan pekerjaan yang bernilai. Keinginan anda untuk mencari uang, belum tentu orang lain akan membayar anda tetapi keinginan untuk menjadi bernilai bagi orang lain akan selalu ada hal yang dapat dikerjakan.
Kalau kita merasa tidak mampu bekerja keras, tidak mampu melakukan sesuatu, ingat saja SEMANGAT TIDAK MENDAHULUI KERJA KERAS, SEMAKIN KERAS ANDA BEKERJA, SEMAKIN ANDA BERSEMANGAT

(Mario Teguh)